RINGKASAN PSIUM PERTEMUAN 15
NAMA : HIJRAH ARIYANSYAH LUBIS
NIM : 2310321027
MATKUL : PSIKOLOGI UMUM KELAS A
RINGKASAN PERTEMUAN 14
PSYCHOLOGICAL DISORDER & TERAPI
1. KONSEP ABNORMALITAS
● Abnormalitas merujuk pada perilaku, pikiran, atau emosi yang menyimpang dari norma sosial atau kesehatan mental. Menurut Supratiknya (1995), konsep normal dan abnormal dalam perilaku seseorang sulit dirumuskan secara tepat karena sulit menemukan model manusia yang ideal atau sempurna, dan dalam banyak kasus tak ada batas-batas yang jelas antara keduanya. Secara statistik, suatu gejala dinyatakan sebagai abnormal bila menyimpang dari mayoritas
abnormalitas bisa terlihat dari ketidakmampuan berfungsi secara normal dalam kehidupan sehari-hari atau deviasi dari norma sosial. Sementara itu, dalam bidang kesehatan mental, abnormalitas sering kali dikaitkan dengan gangguan mental yang memengaruhi pemikiran, perasaan, atau perilaku seseorang. Pendekatan medis melibatkan evaluasi gejala fisik dan biologis.
Jadi, Abnormalitas merujuk pada perilaku, pikiran, atau pengalaman yang berbeda secara signifikan dari norma sosial atau kesehatan mental. Ini bisa mencakup gangguan mental, kebiasaan tidak biasa, atau pola perilaku yang menyimpang dari ekspektasi umum dalam masyarakat. Diagnosis abnormalitas sering melibatkan evaluasi sejauh mana perilaku tersebut mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang.
2. ANXIETY
Kecemasan, atau anxiety, adalah perasaan yang tidak menyenangkan, ketakutan, dan keprihatinan perasaan tegang yang tidak menyenangkan, serta perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi
Menurut Spilberger, kecemasan dapat dibagi menjadi dua jenis: trait anxiety dan state anxiety
Trait anxiety: Trait anxiety adalah rasa khawatir dan terancam yang menghinggapi diri seseorang terhadap kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya
State anxiety: State anxiety merupakan kondisi emosional dan keadaan sementara pada diri individu.
Beberapa sumber kecemasan menurut Nevid, Rathus, dan Green (2005) antara lain :
Beberapa skala penelitian dikembangkan untuk melihat seberapa besar tingkat kecemasan seseorang, salah satunya yaitu Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A)
Kecemasan dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang, termasuk perilaku, fisiologi, dan reaksi terhadap situasi yang menarik
Beberapa simptom kecemasan meliputi:
Perasaan ketakutan dan khawatir
Pengalaman subjektif yang tidak menyenangkan
Kegiatan motorik tanpa arti dan tujuan
Ketidakpastian terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba
Sakit kepala, pusing, mual, gemetar, insomnia, palpitasi, takikardi, hiperventilasi, dan sering buang air kecil maupun besar.
Penanganan :
1. Terapi perilaku kognitif
2. Tidur dan istirahat cukup
3. Meditasi
4. Konsultasi
3. DISSOCIATIVE
Dissociative menurut Ciccarelli adalah gangguan pada memori seseorang yang terjadi karena terpisahnya antara kesadaran, identitas, memori, dan persepsi diri. Gangguan ini dapat terjadi karena stres dan pengalaman traumatik pada masa anak-anak, seperti pelecehan dan pemerkosaan. Beberapa jenis gangguan disosiasi yang umum terjadi adalah Dissociative Identity Disorder (DID), Dissociative Fugue, dan Amnesia Disosiatif. DID adalah keadaan dimana seseorang memiliki beberapa kepribadian yang berbeda dalam satu tubuh dan pikiran orang yang sama. Setiap kepribadian memiliki pola perilaku, perasaan, hubungan, memori, dan bahkan penampilan fisik yang berbeda-beda.
Penanganan:
1. Meditasi
2. Obat-obatan
3. Terapi psikologis
5. MOOD
Menurut Maire (2013), mood merupakan suatu keadaan yang dialami dalam kehidupan manusia, sedikit banyaknya suasana hati bisa dipengaruhi oleh cara berinteraksi antara satu individu dengan
individu lainnya didalam lingkungan sosial.
Menurut Thayer (dalam Halgin & Whitbourn, 2011) mood (suasana hati) adalah perasaanperasaan yang cenderung kurang intens, dan yang terjadi situasi dan kondisi yang sedang dialami. Mood dapat mempengaruhi aktivitas
sehari-hari, dan juga dapat mempengaruhi cara-cara dimana individu
tersebut berfikir dan bertindak.
Mood adalah keadaan emosional yang bersifat sementara dan umumnya tidak jelas penyebabnya. Mood dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama daripada emosi, dan dapat memengaruhi persepsi dan perilaku seseorang. Mood juga dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk cuaca, musik, dan makanan
Penanganan:
Mencari kegiatan yang membuat bahagia
5. EATING
Eating Disorder adalah suatu cara individu menyikapi makanan secara terus-menerus, yang ditandai dengan adanya faktor fisiologis, sosial, dan emosional untuk memenuhi kebutuhan gizi tubuh. Ini mencakup aspek-aspek seperti pilihan makanan, frekuensi makan, dan makan emosional. Faktor psikologis, seperti makan secara emosional, dapat memengaruhi kebiasaan makan, sehingga menyebabkan perilaku seperti makan berlebihan sebagai respons terhadap emosi negatif. Beberapa teori psikologi, seperti teori Van Strien, membahas peran emosi dalam perilaku makan, menekankan dampak emosi negatif terhadap konsumsi makanan.
Makan emosional, misalnya, mengacu pada konsumsi makanan sebagai respons terhadap emosi negatif seperti kesedihan atau kesepian, yang berfungsi sebagai strategi mengatasi stres dan kecemasan. Perilaku ini sering dikaitkan dengan penambahan berat badan dan ditandai dengan makan berlebihan bukan karena rasa lapar, melainkan sebagai cara untuk meningkatkan mood.
Singkatnya, perilaku makan, sebagaimana dijelaskan oleh studi psikologi, merupakan fenomena kompleks dan memiliki banyak aspek yang dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis dan sosial, dan memainkan peran penting dalam kesejahteraan dan kesehatan individu secara keseluruhan.
Penanganan:
1. Terapi kognitif
2. Mengatur pola makan
3. Istirahat dan olahraga
6. SEXUAL DISORDER
Disfungsi seksual merujuk pada berbagai kondisi yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk merespons secara memuaskan dalam aktivitas seksual. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), jenis-jenis disfungsi seksual meliputi Male Hypoactive Sexual Desire Disorder, Female Sexual Interest/Arousal Disorder, Erectile Disorder, Female Orgasmic Disorder, Delayed Ejaculation, Premature (Early) Ejaculation, Genito-Pelvic Pain/Penetration Disorder, Substance/Medication-Induced Sexual Dysfunction, Other Specified Sexual Dysfunction, dan Unspecified Sexual Dysfunction
Disfungsi seksual dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan dan penurunan fungsi organ seksual, faktor usia, gangguan medis, dan pengaruh obat-obatan
Dampak dari disfungsi seksual dapat meliputi masalah kepuasan dalam hubungan seksual, konflik dalam hubungan pasangan, serta masalah psikologis seperti kurang percaya diri dan depresi
Penanganan :
1. Terapi
2. Olahraga dan istirahat yang cukup
3. Menjaga kesehatan reproduksi dan Sexual
7. SCHIZOPHRENIA
Schizophrenia adalah gangguan mental yang ditandai dengan episode psikosis yang berkelanjutan atau kambuh. Gejala utama meliputi halusinasi (biasanya mendengar suara atau melihat sesuatu yang tidak ada), delusi (keyakinan yang salah), perilaku fisik yang tidak biasa, dan pikiran dan ucapan yang tidak teratur. Orang dengan schizophrenia mungkin tampak seperti mereka telah kehilangan kontak dengan kenyataan, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari. Schizophrenia dapat sangat mengganggu kehidupan seseorang, membuatnya sulit untuk bersekolah atau bekerja, menjaga jadwal, bersosialisasi, menyelesaikan tugas sehari-hari, atau merawat diri sendiri. Meskipun penyebab pasti dari schizophrenia belum diketahui, faktor-faktor genetik dan lingkungan diyakini memainkan peran dalam perkembangan kondisi ini. Pengobatan yang efektif, seperti obat-obatan dan terapi, dapat membantu orang dengan schizophrenia mengelola gejala dan memperbaiki kualitas hidup mereka.
Penanganan:
1. Terapi psikologis
2. Terapi kognitif
3. Obat-obatan
4. Konsultasi
5. Meditasi
8. PERSONALITY DISORDER
Gangguan kepribadian atau personality disorder adalah kondisi mental di mana seseorang memiliki pola pikir, perilaku, dan perasaan yang menyimpang dari norma sosial dan menyebabkan masalah dalam hubungan interpersonal dan fungsi sosial. Terdapat 10 jenis gangguan kepribadian dalam DSM-5, termasuk gangguan kepribadian antisosial, borderline, histrionik, dan obsesif-kompulsif. Orang dengan gangguan kepribadian seringkali tidak menyadari bahwa perilaku mereka bermasalah dan sulit untuk berubah. Terapi psikologis dapat membantu individu dengan gangguan kepribadian untuk memahami efek perilaku mereka pada orang lain dan belajar keterampilan sosial yang lebih sehat. Gangguan kepribadian dapat menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam pekerjaan, sekolah, dan aktivitas sosial.
Penanganan:
1. Terapi perilaku kognitif
2. Tidur dan istirahat cukup
3. Meditasi
4. Konsultasi