RINGKASAN PSIUM PERTEMUAN 13
NAMA : HIJRAH ARIYANSYAH LUBIS
NIM : 2310321027
MATKUL : PSIKOLOGI UMUM KELAS A
RINGKASAN PERTEMUAN 13 KEPRIBADIAN
1. PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Kepribadian merupakan kebiasaan, sikap, sifat yang di miliki
seseorang yang berkembang ketika seseorang berhubungan dengan orang
lain. Kepribadian adalah totalitas cara seseorang bertindak dan berinteraksi dengan orang lain, dapat diamati oleh orang di sekitarnya. Ini merupakan organisasi perilaku yang terdiri dari aspek psikofisik individu, membentuk penyesuaian unik terhadap lingkungan. Beberapa elemen kunci kepribadian melibatkan sifat, pola tingkah laku, kemampuan, dan sosiabilitas, yang mencakup aspek seperti emosi, nilai-nilai, dan interaksi interpersonal.
Menurut (Koswara 2005: 35) menegaskan bahwa definisi kepribadian (personality) adalah suatu istilah yang mengacu pada
gambaran-gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari
kelompoknya atau masyarakat, kemudian individu tersebut diharapakan
bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial (peran)
yang di terimanya itu.
Kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku-perilaku (Pervin & Cervone, 2010).
2. PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Proses pembentukan kepribadian melibatkan interaksi kompleks antara faktor genetik dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut mencakup:
Genetik: Warisan genetik memberikan dasar bagi ciri-ciri tertentu dalam kepribadian seseorang. Faktor-faktor genetik dapat memengaruhi kecenderungan terhadap sifat tertentu, respons terhadap stres, dan potensi intelektual.
Lingkungan: Pengalaman sepanjang hidup, seperti keluarga, pendidikan, budaya, dan situasi sosial, memainkan peran penting dalam membentuk kepribadian. Interaksi dengan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya memengaruhi perkembangan pola pikir, nilai-nilai, dan sikap.
Pengalaman Awal: Peristiwa-peristiwa penting dalam masa kanak-kanak dapat memiliki dampak jangka panjang pada kepribadian. Hubungan dengan orang tua, pengalaman sekolah, dan peristiwa emosional dapat membentuk dasar perilaku dan respons individu terhadap dunia.
Proses Psikologis: Proses-proses seperti identifikasi, internalisasi norma sosial, dan mekanisme pertahanan diri juga berperan dalam pembentukan kepribadian. Individu mengembangkan konsep diri dan pandangan tentang dunia melalui pengalaman psikologis ini.
Perkembangan Sosial: Interaksi dengan teman sebaya, kelompok sosial, dan masyarakat secara keseluruhan memainkan peran dalam membentuk pola tingkah laku dan nilai-nilai yang diterima oleh individu.
3. PERSPEKTIF DALAM MENJELASKAN KEPRIBADIAN
a. Psikoanalisa
Dalam psikoanalisa, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem, yaitu id, ego, dan superego
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir, dan berisi semua aspek psikologi yang diturunkan, seperti insting, impuls, dan dorongan dasar lainnya
Ego adalah sistem yang berkembang dari id dan berfungsi untuk mengatur dan menyeimbangkan kebutuhan-kebutuhan dasar dengan realitas lingkungan
Superego adalah sistem yang berkembang dari ego dan berfungsi untuk menginternalisasi nilai-nilai moral dan sosial yang diterima dari lingkungan
b. Behavioral dan Social Cognitive
Menurut Skinner, perilaku individu dipengaruhi oleh konsekuensi dari perilaku tersebut. Dalam konteks ini, kepribadian seseorang terbentuk melalui proses pembelajaran yang melibatkan interaksi dengan lingkungan sekitar. Dalam behaviorisme, kepribadian dipandang sebagai hasil dari pembentukan kebiasaan dan respons terhadap stimulus eksternal. Dalam behaviorisme, kepribadian dipandang sebagai hasil dari pembentukan kebiasaan dan respons terhadap stimulus eksternal. Proses pembentukan kepribadian ini melibatkan kondisi lingkungan, pengalaman belajar, dan interaksi dengan stimulus eksternal. Dengan demikian, behaviorisme menekankan bahwa kepribadian seseorang dapat berubah melalui proses pembelajaran dan interaksi dengan lingkungan sekitar.
Perspektif social cognitive menjelaskan bagaimana pengaruh psikoanalisis dapat terlihat dalam interaksi dua arah atau hubungan sebab-akibat timbal balik. Ini berfokus pada interaksi saling mempengaruhi antara pemikiran individu (kognisi) dan lingkungan sosial, di mana faktor kognitif dan pribadi berhubungan dan memengaruhi cara individu berinteraksi secara dua arah. Dalam konteks ini, pendekatan social cognitive memainkan peran penting dalam proses belajar melalui interaksi sosial. Pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh perilaku, lingkungan, dan proses kognitif, menjadikan diri individu sebagai bagian integral dalam membentuk perilaku dan keyakinan pribadi.
c. Humanistik
Teori kepribadian humanistik menekankan pada pengembangan potensi manusia, kebebasan individu, dan pencapaian aktualisasi diri. Teori ini menyoroti aspek positif manusia, seperti keinginan untuk tumbuh dan berkembang, serta kebutuhan akan pengakuan dan penghargaan. Dalam pandangan humanistik, kepribadian dipandang sebagai hasil dari upaya individu untuk mencapai potensi penuhnya.
Menurut Abraham Maslow, seorang tokoh utama dalam teori kepribadian humanistik, individu memiliki hierarki kebutuhan yang mencakup kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta dan rasa memiliki, penghargaan, dan aktualisasi diri. Teori ini menekankan pentingnya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam mencapai kesejahteraan psikologis.
Dengan demikian, teori kepribadian humanistik memiliki pengaruh yang signifikan dalam kehidupan individu, keluarga, dan masyarakat, dengan menekankan pada pengembangan potensi, kebebasan individu, dan pencapaian kesejahteraan psikologis.
d. Teori Trait
Teori Trait dalam psikologi kepribadian menjelaskan bahwa manusia memiliki karakteristik atau sifat yang konsisten dan menonjol. Ciri atau trait adalah karakteristik khusus individu yang bersifat relatif abadi, membedakan individu satu dengan yang lain, dan bersifat permanen dan konsisten. Teori ini mengklasifikasikan individu berdasarkan ciri atau sifat yang dimilikinya. Terdapat empat teori kepribadian utama yang banyak dipakai dalam landasan teori berbagai studi tentang perilaku kepribadian dan konsumen. Teori ini memandang bahwa perilaku dan kepribadian manusia dapat diorganisasi ke dalam hirarki, di mana perilaku spesifik berkaitan dengan perilaku habitual, yang kemudian berkaitan dengan sifat, dan akhirnya membentuk tipe kepribadian.
Contoh teori trait termasuk Model Lima Besar (Big Five), yang mengidentifikasi lima dimensi utama kepribadian: keterbukaan, keakraban, konsientius, ketidakstabilan emosional, dan ketenangan. Pendekatan ini membantu memberikan kerangka kerja yang terstruktur untuk memahami variasi dalam kepribadian manusia.
e. Pengukuran Kepribadian
Kepribadian dalam pengukuran kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian sistem
Pengukuran kepribadian bertujuan untuk dapat mengetahui corak kepribadian secara pasti dan terinci
Kepribadian juga dapat diartikan sebagai corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang
Pengukuran kepribadian dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen tes kepribadian, seperti tes MBTI, tes DISC, dan tes Big Five
Tes-tes kepribadian ini melibatkan stimulus terstandardisasi yang ditujukan untuk memancing dan menganalisa perbedaan reaksi individu
Secara keseluruhan, kepribadian dalam pengukuran kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian sistem. Pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, dan dapat diukur dengan menggunakan berbagai instrumen tes kepribadian.
f. Faktor genetik dan lingkungan dalam pembentukan kepribadian
Kepribadian dipengaruhi oleh dua faktor utama: genetik dan lingkungan sekitar. Faktor genetik, yang merupakan warisan dari orangtua, memainkan peran dalam membentuk aspek-aspek seperti emosi, temperamen, dan perilaku seseorang. Di sisi lain, lingkungan mencakup pengalaman pendidikan, sosial, budaya, spiritual, dan pengasuhan, yang semuanya ikut membentuk kepribadian. Pengalaman masa kecil, interaksi dengan keluarga dan teman, serta pengalaman sekolah memainkan peran kunci dalam membentuk pola tingkah laku yang akhirnya membentuk kepribadian seseorang. Lingkungan juga memengaruhi cara seseorang mengatasi stres, mengembangkan keterampilan sosial, dan berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, genetik dan lingkungan tidak dapat dipisahkan; keduanya saling berinteraksi dan bersatu untuk membentuk kepribadian individu.